REPUBLIKA.CO.ID, Sedangkan versi kedua, menyebutkan bahwa Islam telah masuk ke Cirebon sejak abad ketujuh.
Hal itu, didasarkan pada adanya temuan benda-benda peninggalan sejarah, seperti misalnya makam Islam maupun tradisi Islam. “Tidak mungkin ada makam Islam kalau sebelumnya tidak ada orang Islam,” kata Abdullah.
Ia juga menyatakan, Islam telah ada di Indonesia sejak abad ketujuh. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Syekh Datuk Kahfi di Muara Jati. Ulama besar yang kemudian diberi gelar Syekh Nurjati itu merupakan guru Pangeran Cakrabuana maupun Nyi Mas Rarasantang.
Kedua kakak beradik itu sebelumnya telah memeluk agama Islam seperti ibu kandung mereka, Nyi Subang Larang. “Jadi, sebelum Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Kerajaan Cirebon pada abad ke-13, Islam telah lebih dulu ada di Cirebon,” tegas Abdullah.
Bukti lain keberadaan Islam di Cirebon sebelum kedatangan Sunan Gunung Jati adalah tradisi pesantren yang dikembangkan Syekh Nurjati. Kala itu, Syekh Nurjati mengembangkan model pendidikan seperti halnya di pesantren kepada murid-muridnya.
Abdullah menambahkan, temuan harta karuan yang diangkat dari perairan Cirebon yang jumlahnya mencapai 200 ribu barang itu, dan diperkirakan tenggelam pada 920-960 M, merupakan salah satu bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia, jauh sebelum abad ke-13.
Apalagi, pada barang-barang yang ditemukan itu, terdapat sejumlah artefak yang menunjukkan simbol Islam. Misalnya, artefak yang terdapat cetakan teks Arab. Dalam pengamatan, Horst Hubertus Liebner, arkeolog asal Jerman yang ikut melakukan penelitian terhadap barang temuan itu, terdapat cetak berteks Arab yang berbunyi Al-Malik Allah, Al-Wahid, dan Al-Halala.
Dengan contoh ini, jelas bahwa hal itu menunjukkan agama Islam sudah berkembang di Indonesia pada abad ke-10, dan masuknya jauh sebelum itu. Tulisan itu menunjukkan adanya tarikat yang sangat spesifik, kata Horst, sebagaimana dilaporkan Majalah Gatra, edisi 6 Mei 2010.
Kurt Tauchmann, profesor emeritus dari Departemen Antropologi Universitas Cologne, Jerman, juga menemukan barang yang memiliki cetakan atau teks Alquran surah XII-XVI (Surah Yusuf-An-Nahl) dalam bentuk khat Naskhi (sebagaimana mushaf Usmani saat ini). Tauchmann mengatakan, teks itu menggunakan debu emas sebagai bahan untuk mencetak tulisan.
“Itu semua menunjukkan bukti sejarah bahwa Islam masuk paling awal di wilayah Indonesia,” ungkap Tauchman saat proses pengangkatan BKMT (benda muatan kapal tenggelam) di Perairan Cirebon, beberapa waktu lalu.
Hal itu, didasarkan pada adanya temuan benda-benda peninggalan sejarah, seperti misalnya makam Islam maupun tradisi Islam. “Tidak mungkin ada makam Islam kalau sebelumnya tidak ada orang Islam,” kata Abdullah.
Ia juga menyatakan, Islam telah ada di Indonesia sejak abad ketujuh. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Syekh Datuk Kahfi di Muara Jati. Ulama besar yang kemudian diberi gelar Syekh Nurjati itu merupakan guru Pangeran Cakrabuana maupun Nyi Mas Rarasantang.
Kedua kakak beradik itu sebelumnya telah memeluk agama Islam seperti ibu kandung mereka, Nyi Subang Larang. “Jadi, sebelum Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Kerajaan Cirebon pada abad ke-13, Islam telah lebih dulu ada di Cirebon,” tegas Abdullah.
Bukti lain keberadaan Islam di Cirebon sebelum kedatangan Sunan Gunung Jati adalah tradisi pesantren yang dikembangkan Syekh Nurjati. Kala itu, Syekh Nurjati mengembangkan model pendidikan seperti halnya di pesantren kepada murid-muridnya.
Abdullah menambahkan, temuan harta karuan yang diangkat dari perairan Cirebon yang jumlahnya mencapai 200 ribu barang itu, dan diperkirakan tenggelam pada 920-960 M, merupakan salah satu bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia, jauh sebelum abad ke-13.
Apalagi, pada barang-barang yang ditemukan itu, terdapat sejumlah artefak yang menunjukkan simbol Islam. Misalnya, artefak yang terdapat cetakan teks Arab. Dalam pengamatan, Horst Hubertus Liebner, arkeolog asal Jerman yang ikut melakukan penelitian terhadap barang temuan itu, terdapat cetak berteks Arab yang berbunyi Al-Malik Allah, Al-Wahid, dan Al-Halala.
Dengan contoh ini, jelas bahwa hal itu menunjukkan agama Islam sudah berkembang di Indonesia pada abad ke-10, dan masuknya jauh sebelum itu. Tulisan itu menunjukkan adanya tarikat yang sangat spesifik, kata Horst, sebagaimana dilaporkan Majalah Gatra, edisi 6 Mei 2010.
Kurt Tauchmann, profesor emeritus dari Departemen Antropologi Universitas Cologne, Jerman, juga menemukan barang yang memiliki cetakan atau teks Alquran surah XII-XVI (Surah Yusuf-An-Nahl) dalam bentuk khat Naskhi (sebagaimana mushaf Usmani saat ini). Tauchmann mengatakan, teks itu menggunakan debu emas sebagai bahan untuk mencetak tulisan.
“Itu semua menunjukkan bukti sejarah bahwa Islam masuk paling awal di wilayah Indonesia,” ungkap Tauchman saat proses pengangkatan BKMT (benda muatan kapal tenggelam) di Perairan Cirebon, beberapa waktu lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar