Senin, 30 Juli 2012

TEST SOAL GURU SMA PENJELASAN




Baca terlebih dahulu

Peserta Test akan di beri waktu selama 30 menit di mulai dari peserta memilih soal yang akan dikerjakan. Jika lewat 30 menit maka sistem akan otomatis menutup dan menyimpan hasil pekerjaan anda. Soal akan diberikan sebanyak 50 soal yang di ambil secara random dari bank soal. Urutan soal di acak sehingga setiap kali anda mulai akan mendapatkan pertanyaan dan urutan yang berbeda.

Selamat mengerjakan ...


Mata Pelajaran

Halaman : 1

Simulasi Soal Uji Kompetensi Guru (UKG) Online


Mencoba Tampilan Biasa ¤ Beda versi Simulasi dan Tryout

Soal UKG Online

» Lihat Soal yg lainsumber :  http://ukgonline.com/soal/resmi.htm

Sabtu, 28 Juli 2012

Ujian Online Guru Bersertifikasi


Pemerintah telah memepersiapkan untuk pelaksanaan Ujian Online Guru yang Telah Bersertifikasi. Ini adalah salah satu program pemerintah untuk Peningkatan Kinerja Guru. PK Guru akan segera dilaksankan mulai tahun 2012 ini, apakah rekan guru semua telah siap?... kalau kita melaksanakan tugas sebagai guru dengan baik persiapan itu telah anda laksanakan dengan tidak terasa.
Salah satu persiapan yang dilakukan pemerintah adalah menyiapkan website, yang akan digunakan sebagai pusat Ujian Online yang kabarnya akan dilaksankan 31 Juli 2012 nanti. Anda dapat membuka website ini di http://ekinerjaguru.org/. Ujian online dapat anda buka di Menu UJI KOMPETENSI DAN PENILAIAN KINERJA.Anda dapat melihat pada gambar diatas.
Untuk lebih lengkapnya dapat anda lihat pada panduan berikut ini:

Atau anda juga dapat mencoba aplikasi ekinerja.org secara ofline yang dapat anda unduh disini: http://ekinerjaguru.org/download/Setup.exe.

Contoh Soal UKG Online 2012




Berikut ini adalah contoh Soal Uji Kompetensi Guru UKG Online 2012. Soal ini diperuntukan bagi Guru Sekolah Dasar (SD), namun tujuan kami adalah untuk mengenalkan kepada anda bagaimana kita mengerjakan ujian secara online di komputer, baik menggunakan internet maupun intranet. Silahkan mencoba mengerjakan, sambil mengasah kemampuan anda menggunakan komputer dan mouse.
Salah satu kelebihan Ujian Online adalah soal maupun pilihan jawaban dapat diacak, sehingga akan berbeda pada setiap komputer peserta UKG. Hal ini dapat meminimalisir praktek percontekan...heheh, anda masih penasaran? silahkan kerjakan soal berikut ini...

 Contoh soal-soal lainnya dapat anda lihat disini atau disini Atau Lihat Layar/Screen Komputer UKG 2012 disini Anda masih belum bisa mengoperasikan mouse silahkan klik disini Dari pengalaman teman-teman yang telah melakukan ujian UKA pada bulan februari kemarin, soal-soal yang diberikan adalah sekitar pekerjaan kita sebagai guru pada tiap harinya. Apabila anda telah melakukan dengan sunguh-sungguh kita juga akan lebih mudah dalam mengerjakan ujian nanti.
Untuk melihat gambaran Tampilan serta cara mengerjakan UKG 2012 anda dapat melihat Video tutorialnya di bawah ini: 




Kamis, 26 Juli 2012

Contoh Soal Kompetensi Pedagogik UKG Online 2012

Link di bawah ini akan  memberikan sedikit gambaran mengenai kompetensi pedagogik kali ini saya ingin sedikit berbagi mengenai contoh soal kompetensi pedagogik untuk Uji kompetensi Guru online 2012, dimna contoh soal uji kompetensi pedagogik ini saya dapatkan dari internet, semoga bermanfaat dan membantu anda yang sedang mencari contoh soal UKG online khususnya kompetensi pedagogik

Contoh Soal uji Kompetensi Pedagogik UKG Online 2012

Uji Kemampuan Pedagogik I

Uji Kemampuan Pedagogik II

Uji Kemampuan Profesional


sumber :  http://mgmpmatsatapmalang.blog.com

Cara mencari daftar peserta UKG guru

Bagi rekan guru yang ingin tahu Daftar peserta UKG maupun kisi-kisi soal UKG bisa klik situs seperti di atas, dengan link di sini

Caranya, pilih daftar pelaksanaan UKG guru atau kisi-kisi UKG, lalu klik kriteria :
- pilih provisnsi Anda
- pilih kabupaten Anda
- Lalu klik tampilkan maka akan muncul daftar peserta yang Anda cari

Download Kisi-Kisi Soal dan Uji Kompetensi Guru 2012



Unduh Pedoman UKG 2012 Klik link dibawah :
Kisi – Kisi Soal Uji Kompetensi Guru
PedomanUKG
Bagian Ketiga
Penjabaran isi Pedoman Uji Kompetensi Guru Tahun 2012
D.
Peserta UKG
Peserta UKG adalah seluruh guru baik yang memiliki sertifikat pendidik maupun yang belum memiliki sertifikat pendidik. Jumlah total peserta UKG untuk guru bersertifikat pendidik 1.006.211 orang, dan guru belum bersertifikat pendidik 1.015.087 orang. Distribusi peserta per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.
1.
Persyaratan Peserta
Peserta UKG pada prinsipnya adalah semua guru PNS dan bukan PNS yang mengajar di sekolah negeri dan swasta yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a.
Bagi guru bersertifikat pendidik
1)
memiliki sertifikat pendidik (tahun 2007-2011),
2)
pada tahun 2012 belum memasuki masa pensiun, dan
3)
masih aktif menjadi guru.
b.
Bagi guru belum bersertifikat pendidik
1)
Guru PNS atau guru tetap yayasan (GTY)
2)
Memiliki NUPTK
2.
Mata Uji
a.
Bagi guru bersertifikat pendidik
Mata uji yang diikuti oleh guru bersertifikat pendidik sama dengan bidang studi sertifikasi, dandinyatakan valid oleh BPSDMPK-PMP. Bagi guru produktif SMK terdapat beberapa perubahan kode mata pelajaran dan perubahan nama mata pelajaran.Perubahan tersebut dapat dilihat dalam daftar Konversi kompetensi keahlian sebagaimana tertuang dalam Lampiran 2.
b.
Bagi guru belum bersertifikat pendidik
Bagi guru yang belum memiliki sertifikat pendidik, mata uji harus sesuai dengan S-1/D-4 yang dimiliki. Bagi guru yang belum memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4, sesuai mata pelajaran yang sedang diampu.
Peserta UKG hanya mendapatkan soal ujian sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditentukan seperti tersebut diatas. Informasi mata uji peserta UKG masing-masing peserta dapat dilihat pada Websitebpsdmpk.kemdikbud.go.id/ukguru.
Data yang dipublikasikan sementara ini hanya untuk data guru yang bersertifikat pendidik. Sedangkan data guru yang belum bersertifikat pendidik akan dipublikasikan 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan UKG dimulai.
3.
Konfirmasi dan Validasi Data Peserta
Konfirmasi dan validasi data peserta UKG wajib dilakukan untuk memastikan kebenaran data. Validitas data peserta ini sangat diperlukan untuk menentukan mata uji masing-masing peserta. Konfirmasi dan validasi data peserta merupakan tanggungjawab LPMP bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kotamelalui aplikasi yang telah disediakan dalamwebsite.
Unsur data guru yang ditampilkan dalam website adalah:
a.
NUPTK
b.
Nomor Peserta Sertifikasi Guru (14 digit), hanya untuk guru bersertifikat pendidik
c.
Nama Guru
d.
Status (PNS/Bukan PNS)
e.
Mata Uji pada UKG (sesuai dengan sertifikat pendidik)
f.
Sekolah tempat tugas (satuan administrasi pangkal)
g.
Program studi pada pendidikan tinggi setingkat D-I/D-II/D-III/S-1
h.
Nama Perguruan Tinggi setingkat D-I/D-II/D-III/S-1
Jika terdapat data yang belum sesuai dan belum terisi, maka guru peserta UKG wajib menginformasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dilakukan perbaikan data dengan membawa bukti fisik yang menunjukkan data yang benar.
Tahapan konfirmasi dan validasi data sebagai berikut:
a.
Guru membuka websitebpsdmpk.kemdikbud.go.id/ukguru dan mencari identitas datanya menggunakan menu pencarian. Kemudian ikuti perintah yang ada dalam menu tersebut.
b.
Data guru akan muncul dalam layar komputer apabila guru mengisi data dengan benar. Bagi guru yang tidak menemukan datanya segera menghubungi operator dinas dan/atau operator LPMP setempat.
c.
Jika data benar, maka guru harus memberikan konfirmasi data dengan meng”klik” tombol “data benar”.
d.
Jika data salah, maka guru meng’’klik” tombol “perlu perbaikan”.
e.
Data akan diperbaiki oleh guru yang bersangkutan pada hari ujian sebelum ujian dimulai.
f.
Data yang dapat diperbaiki adalah:
1)
Sekolah tempat tugas
2)
Status (PNS/Bukan PNS)
3)
Program studi pada pendidikan tinggi setingkat D-I/D-II/DIII/S-1
4)
Nama Perguruan Tinggi setingkat D-I/D-II/D-III/S-1
D.
Waktu Pelaksanaan UKG
Pelaksanaan UKG untuk guru bersertifikat pendidik secara bertahap dimulai pada bulan Juli 2012sampai dengan bulan September 2012. Sedangkan untuk guru yang belum bersertifikat pendidik akan dimulai pada tahun 2013. Pentahapan pelaksanaan UKG sebagai berikut.
a.
Guru yang Bersertifikat Pendidik
No
Sistem Ujian
Jadwal Pelaksanaan
A.
Ujian Online
1.
Untuk Guru
30 Juli s.d 12 Agustus 2012
Dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan. Dimulai dari jenjang SMP; selanjutnya SMA dan SMK; dan terakhir TK, SD, SLB.
2.
Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas
Oktober 2012
B.
Ujian Manual (Paper Pencil Test)
4 September 2012
UKG online untuk guru akan dimulai secara serentak pada tgl 30 Juli 2012. Penetapan jadwal pelaksanaan UKG untuk guru untuk masing-masing jenjang secara berurutan mulai dari jenjang SMP, SMA, SMK, TK, SD, SLB ditentukan oleh LPMP. Durasi pelaksanaan UKG pada masing-masing kabupaten/kota akan berbeda-beda bergantung pada jumlah TUK dan jumlah peserta pada masing-masing wilayah. Semakin banyak TUK semakin cepat pelaksanaan UKG.
b.
Guru yang Belum Bersertifikat Pendidik
No
Sistem Ujian
Jadwal Pelaksanaan
A.
Ujian Online
Tahun 2013
B.
Ujian Manual (Paper Pencil Test)
Tahun 2013
F.
Tempat UKG
Uji kompetensi guru akan dilaksanakan di tempat uji kompetensi guru yang telah ditetapkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan persyaratan dan telah diverifikasi oleh LPMP.
1.
Persyaratan Tempat UKG online:
a.
Unit kerja pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat berupa lembaga pendidikan dan latihan (PPPPTK dan LPMP) atau Lembaga pendidikan (SMP/SMA/SMK)
b.
Memiliki sumber daya manusia yang memahami Lokal Area Network (LAN) dan terbiasa bekerja dengan internet yang dapat akan ditugasi sebagai tim teknis sistem UKG online
c.
Memiliki laboratorium komputer minimal 20 unit PC dan 1 server, yang terkoneksi dalam jaringan LAN (sebaiknya pakai kabel, bukan WiFi)
d.
Spesifikasi PC Client minimal:
1)
Prosessor Intel Pentium 3 – 600Mhz,
2)
Memory, 512mb,
3)
Hard disk Free 5Gb,
4)
CDROM (Wajib ada untuk booting sistem UKG Online),
5)
Monitor 14, Keyboard,
6)
Mouse Standard.
e.
Spesifikasi server minimal :
1)
Prosessor Intel Pentium 4 – 2,4Ghz,
2)
Memory : 1 Gb,
3)
Hard disk Free 10 Gb,
4)
CDROM,
5)
Monitor 14
6)
Terkoneksi dengan jaringan internet minimal 256 kbps.
2.
Persyaratan tempat UKG Manual (paper-pencil-tes)
Tempat UKG dengan menggunakan sistem manual (paper-penciltest) direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan disetujui oleh Badan PSDMPK-PMP.
Tatacara Pendaftaran tempat UKG
1.
LPMP mengkoordinasikan pendaftaran tempat UKG untuk masing-masing kabupaten/kota.
2.
Dinas mengusulkan tempat UKG kepada LPMP sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
3.
LPMP melakukan klarifikasi tempat UKG dengan tujuan memastikan semua persyaratan terpenuhi untuk kelancaran pelaksanaan UKG.
Penempatan atau distribusi guru ke lokasi atau tempat UKG ditentukan berdasarkan domisili atau tempat tinggal guru yang bersangkutan. Distribusi guru tersebut dilakukan oleh LPMP bersama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.Setiap peserta UKG online hanya dapat mengikuti ujian pada tempat UKG yang telah ditentukan.
Distribusi guru segera dilakukan sebelum UKG agar guru dapat mengetahui lokasi TUK. Informasi tempat UKG untuk masing-masing peserta dapat dilihat melalui website, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, atau LPMP setempat. Bagi peserta uji kompetensi yang namanya tidak terdaftar pada salah satu tempat UKG segera berkoordinasi dengan LPMP.

Sabtu, 21 Juli 2012

Cara Rasulullah Sambut Ramadhan


Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA

Adalah Rasul SAW yang mempersiapkan diri betul menyambut kedatangan setiap bulan Ramadhan.

Persiapan Rasul tersebut bukan hanya bersifat jasmani, melainkan paduan jasmani dan rohani mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain adalah paduan ibadah jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat di antara ibadah wajib (fardu) lainnya.

Oleh sebab itu, ia disyariatkan paling akhir di antara ibadah wajib lainnya. Persiapan jasmani tersebut dilakukan oleh Rasul SAW melalui puasa Senin-Kamis dan puasa hari-hari putih (tanggal 13,14 dan 15) setiap bulan sejak bulan syawal hingga Sya’ban.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa puasa Senin dan Kamis. Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa Senin dan Kamis.”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai’.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam kaitannya dengan puasa tiga hari setiap bulan, Rasul SAW bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari RA, “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13,14 dan 15.” (HR. Tirmidzi).

Sedangkan persiapan rohani dilakukan oleh Rasul SAW melalui pembiasaan shalat tahajud setiap malam serta zikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, shalat tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasul SAW.

Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasul SAW mengenai pembiasaan ssalat tahajud, padahal dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah SWT, Rasul SAW menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”

Memasuki bulan Sya’ban, Rasul SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya. Peningkatan tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas seorang Muslim.

Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).

Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.

Maka, hanya persiapan yang baiklah yang akan mendapat hasil yang baik, dan demikian pula sebaliknya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk mempersiapkan diri di bulan Sya’ban sehingga memperoleh hasil yang maksimal di akhir Ramadhan.

Nyekar Jelang Ramadhan


Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Nyekar (ziarah kubur) sebenarnya bukan tradisi khusus menjelang bulan Ramadhan. Ia dapat dilakukan kapan saja dengan tujuan untuk mengingatkan peziarah terhadap kematian dan akhirat.

Agar kegiatan nyekar proporsional tampaknya penting untuk membekali pengetahuan seputar ziarah kubur.

Pertama, nyekar hukumnya sunah. Rasulullah SAW memperbolehkan kaum Muslimin ziarah kubur, setelah pada awal perkembangan Islam sempat melarangnya dengan alasan kekhawatiran terjatuh pada kemusyrikan.

Rasulullah SAW bersabda, “Dahulu aku melarang kalian ziarah kubur, namun (Allah) telah memberi izin kepada Muhammad untuk melakukannya sehingga dapat menziarahi makam ibunya. Berziarah kuburlah kalian karena akan menjadikan kalian mengingat akhirat.” (HR. Muslim).

Kedua, alam barzah (kubur) merupakan alam penantian panjang bagi manusia yang meninggal dunia sejak zaman Nabi Adam AS hingga datangnya hari kiamat.

Mereka “hidup” di alam itu, “mendapatkan rezeki”, “bergembira” dengan nikmat dan karunia Allah, roh mereka “saling bertemu dan memberi kabar gembira” satu sama lain (khusus bagi hamba yang saleh), dan dapat “melihat” orang yang menziarahinya, sebagaimana pensifatan yang diberikan Alquran dan hadis. (QS. Ali Imran: 169-171). Untuk itu, bagian dari etika ziarah makam adalah mengucap salam dan mendoakan kerahmatan.

Ketiga, berdoa di pemakaman agar yang meninggal dirahmati Allah dan diampuni dosa-dosanya, karena selain doa kita, hanya amal jariyah dan ilmu bermanfaat yang pahalanya terus mengalir kepadanya.

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasul SAW bersabda, “Apabila anak manusia meninggal dunia, maka amal kebaikannya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir), ilmu bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim).

Keempat, tidak perlu tabur bunga di atas makam atau menyirami makam dengan air dan menumbuhkan pepohonan di sekitar makam dengan alasan bunga segar maupun pepohonan tersebut bertasbih memintakan ampun kepada penghuni kubur.

Hal tersebut karena kisah mengenai dua makam yang penghuninya diampuni Allah SWT sebelum kedua pelepah kurma basah yang diletakkan Rasul di atas makamnya kering bukanlah sebab diampuninya dosa, melainkan menurut Sayyid Sabiq adalah karena doa dari Rasul SAW.

Tradisi tabur bunga di atas makam bukanlah syariat Islam, sebab tidak memberikan manfaat bagi yang meninggal, disamping hanya menghambur-hamburkan harta kekayaan.

Kelima, tidak perlu membangun dan mempercantik makam, apalagi menuliskan ayat Alquran di tempat pemakamannya. Rasul SAW hanya memberikan pengajaran dengan menjadikan gundukan tanah atau batu pada dua sisi makam atau meninggikan gundukan makam dari tanah sekitar sebagaimana yang diperbolehkan oleh jumhur ulama.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW meletakkan batu dengan tangannya yang mulia di atas kuburan Utsman bin Madghun dan bersabda, “Dengan ini aku mengetahui kuburan saudaraku dan memakamkan orang-orang yang meninggal dari keluargaku.”

Berbaktinya anak terhadap orang tua setelah mereka meninggal adalah dengan mendoakannya, bersedekah dengan diniatkan untuk orang tua, tetap menjalin hubungan baik terhadap sahabat orang tua yang masih hidup dan menjalankan wasiat yang baik dari orang tua. Membangun makam dengan biaya besar apalagi di tengah kaum miskin yang kesulitan membangun rumah adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

Keenam, tidak diperkenankan duduk di atas makam sebagai bentuk penghormatan terhadap penghuninya dan makruh melaksanakan shalat di pemakaman. Rasul SAW bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”

Puasa Ramadhan Mengikis Budaya Malas


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein

Akhir pekan ini, seluruh umat Islam dipastikan sudah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Hampir seluruh umat Islam yang beriman menjalankan ibadah di bulan penuh berkah ini.

Namun, biasanya kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid penuh. Bukan untuk beribadah membaca al-Quran, tetapi banyak umat Islam yang berleha-leha, tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka.

Produktivitas kerja menurun. Nuansa bermalas-malasan kentara. Seakan-akan puasa menjadi legitimasi sebagian dari kita untuk bermalas-malasan dan mengurangi aktivitas sepanjang menjalankan ibadah puasa. Pengurangan aktivitas itu tentu saja berujung pada berkurangnya kreativitas. Jika demikian terjadi maka sungguh disayangkan.
           
Sepantasnya, Ramadhan menjadi momentum meningkatkan produktivitas dan berkarya, bukan bermalas-malasan.bila dihayati secara mendalam, Ramadhan seperti madrasatun mada al-hayah (madrasah sepanjang hayat) yang berkelanjutan mendidik dan mengedukasi generasi demi generasi setiap tahun. Ramadhan memuat makna-makna iman pada jiwa manusia, mengilhami mereka arti agama yang hanif, dan memantapkan kepribadian Muslim yang hakiki.
           
Kesempatan Ramadhan yang di dalamnya dijanjikan rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar(pembebasan dari api neraka), sesungguhnya momentum ideal menemukan solusi banyak hal bagi umat. Puasa yang benar dapat membangunkan hati Mukmin yang ‘tertidur’ sehingga merasakan muraqabatullah (perasaan diawasi Allah).
           
Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW, Ramadhan menjadi bulan jihad. Banyak peristiwa bersejarah yang mencatat bahwa Ramadhan menjadi bulan jihad umat Islam. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 hijriah, umat Islam mengalami perang Badar.

Perang ini terjadi di gurun pasir yang melibatkan 314 muslimin melawan 1000-an orang kafir dari Makkah. Peperangan ini adalah salah tonggak penting dalam sejarah Islam, karena sejak itulah umat Islam memulai era peperangan secara fisik, yang tentunya membutuhkan kemampuan yang lebih berat. Kalau mentalitas mereka seperti umat Islam zaman sekarang yang hobi tidur siang di bulan Ramadhan, tentunya sulit memenangkan peperangan.

Dan kota Mekkah dibebaskan juga pada bulan Ramadhan pada tahun ke-8 hijriah. Rasulullah SAW menyiapkan tidak kurang dari 10 ribu pasukan lengkap dengan senjata yang berjalan dari Madinah dan mengepung kota Makkah. Makkah menyerah tanpa syarat, namun semua diampuni dan dibebaskan.

Pada abad pertengahan atau tahun 15 Hijriah terjadi perang perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia (saat ini wilayah Republik Islam Iran) ditumbangkan. Demikiran juga pertama kali Islam menaklukkan Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair, juga terjadi di bulan Ramadhan tahun 92 hijriyah. dan sekian banyak kerja keras yang lain, terjadi di bulan Ramadhan.

Ramadhan seharusnya menjadi sarana yang sangat efektif menghadirkan internalisasi nilai kebajikan guna menghadapi berbagai tantangan yang muncul di tengah masyarakat. Ramadhan satu bulan penuh, Muslim di-training oleh SuperTrainer-nya, yaitu Allah SWT, Dzat yang Maha segala-galanya. Tentu hasilnya akan juga luar biasa, bila itu dilakukan dengan penuh keseriusan dan mendamba ridha Allah.
Karena itu, sepantasnya Ramadhan dimanfaatkan secara optimal oleh semua unsur untuk meningkatkan kreatifitas dan karya. Sikap dan kepribadian positif, produktif, empatik, dan menghadirkan keputusan win-win solution adalah sosok pribadi yang lulus secara gemilang dari madrasah Ramadhan yang penuh solusi.

Perlu bagi umat untuk kembali merenungkan ungkapan terakhir dari surat al-Baqarah:183, bahwa yang mewajibkan puasa adalah la’allakum tattaqun dalam kata kerja mudhari yang hendaknya dimaknai agar dapat merealisasikan nilai-nilai muraqabatullah, ketaatan, dan kasih sayang secara terus-menerus, tidak hanya di saat bulan Ramadhan.

Syariat Puasa Ramadhan


Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Sebelum mewajibkan puasa Ramadhan bagi kaum Muslimin tahun ke-2 hijriyah, Allah SWT telah mensyariatkan puasa kepada para nabi terdahulu.

Menurut Ibnu Jarir Al-Thabari, syariat puasa pertama diterima oleh Nabi Nuh AS setelah beliau dan kaumnya diselamatkan oleh Allah SWT dari banjir bandang. Nabi Daud AS melanjutkan tradisi puasa dengan cara sehari puasa dan sehari berbuka.

Dalam pernyataannya Dawud AS berkata, “Adapun hari yang aku berpuasa di dalamnya adalah untuk mengingat kaum fakir, sedangkan hari yang aku berbuka untuk mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT.”

Pernyataan Dawud AS tersebut ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Sebaik-baiknya puasa adalah puasa Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka.” (HR. Muslim).

Nabi Musa AS kemudian mewarisi tradisi berpuasa. Menurut para ahli tafsir, Musa dan kaum Yahudi telah melaksanakan puasa selama 40 hari (QS. Al Baqarah: 40). Salah satunya jatuh pada tanggal 10 bulan Muharram yang dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas kemenangan yang diberikan oleh Allah SWT dari kejaran Firaun.

Puasa 10 Muharram ini dikerjakan oleh kaum Yahudi Madinah dan Rasul SAW menegaskan umat Islam lebih berhak berpuasa 10 Muharram dari pada kaum Yahudi karena hubungan keagamaan memiliki kaitan yang lebih erat dibandingkan dengan hubungan kesukuan.

Untuk membedakannya, Rasul SAW kemudian mensyariatkan puasa sunah tanggal 9 dan 10 Muharram, selain untuk membedakan puasa kaum Yahudi, juga ungkapan simbolik kemenangan kebenaran atas kebatilan.

Ibunda Nabi Isa AS juga melakukan puasa yang berbeda dengan para pendahulunya, yaitu dengan tidak berbicara kepada siapa pun. Allah SWT berfirman, “Maka jika kamu melihat seorang manusia, katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26).

Keempat riwayat di atas merupakan sejarah puasa agama samawi yang menjadi rujukan  disyariatkannya puasa dalam Islam. Adapun puasa agama ardhi (agama buatan manusia), kendati sama sekali bukan rujukan namun mereka juga telah melakukan puasa dengan model yang berbeda-beda.

Sebelum puasa Ramadhan diwajibkan, Rasul SAW telah memerintahkan kaum Muslimin puasa Hari Asyura tanggal 9 dan 10 Muharram. Namun begitu perintah puasa Ramadhan tiba, puasa Asyura yang sejatinya ditambah satu hari oleh Rasul SAW menjadi puasa sunah.

Tingginya tingkat kesulitan dalam melaksanakan puasa menjadikan syariat ini turun belakangan setelah perintah haji, shalat dan zakat. Wajar jika kemudian ayat-ayat tentang puasa Ramadhan turun secara berangsung-angsur: Pertama, perintah wajib puasa Ramadhan dengan pilihan. (QS. Al-Baqarah: 183-184).

Kaum Muslimin boleh memilih berpuasa atau tidak berpuasa, namun mereka yang berpuasa lebih utama dan yang tidak berpuasa diharuskan membayar fidyah. Kedua, kewajiban berpuasa secara menyeluruh kepada kaum Muslimin, dengan pengecualian bagi orang-orang yang sakit dan bepergian serta manula yang tidak kuat lagi berpuasa (QS. Al-Baqarah: 185).

Awal mulanya kaum Muslimin berpuasa sekitar 22 jam karena setelah berbuka mereka langsung berpuasa kembali setelah shalat Isya. Namun, setelah sahabat Umar bin Khathab mengungkapkan kejadian mempergauli istrinya pada satu malam Ramadhan kepada Rasul SAW, turunlah QS Al Baqarah: 187 yang menegaskan halalnya hubungan suami-istri di malam Ramadhan dan ketegasan batas waktu puasa yang dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari.

Inilah syariat puasa dalam Islam yang menyempurnakan tradisi puasa seluruh agama samawi yang ada sebelumnya.

Marhaban, Ya Ramadhan!


Oleh: A Ilyas Ismail

Seperti diwartakan dalam banyak hadis sahih, Rasulullah SAW selalu menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam bahasa Arab, kegiatan penyambutan ini dinamai tarhib. Dalam sejumlah sabdanya, Nabi SAW selalu menegaskan kebesaran dan keagungan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah (syahrun mubarak) serta bulan yang di dalamnya ada “malam seribu bulan”. (HR Baihaqi dari Salman Al-Farisi).

Kegiatan penyambutan (tarhib) ini penting sebagai manifestasi dari kerinduan kita kepada Ramadhan. Paling tidak ada empat pesan yang bisa dipahami di balik penyambutan ini.

Pertama, filosofi tarhib ini mengindikasikan secara nyata bahwa apa yang disambut, yaitu Ramadhan dan kebaikan yang ada di dalamnya, adalah hal yang sangat istimewa. Karena pada kenyataannya, kita hanya menyambut hal-hal yang besar dan istimewa.

Kedua, secara kejiwaan (psikologi), tarhib memperlihatkan suasana hati yang riang dan gembira. Hal ini disebabkan paling tidak oleh dua hal. Pertama, Ramadhan bisa diibaratkan sebagai “tamu agung” yang mau menemui kita. Kedua, Ramadhan adalah “momentum”, yakni momentum perubahan dan perbaikan diri, baik sebagai individu maupun umat. Sebagaimana diketahui, momentum tak setiap saat datang.

Ketiga, tarhib bermakna memperbarui komitmen atau memasang niat (motivasi) yang kuat. Komitmen ini perlu karena ia menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas kerja dan kesuksesan. “Innama al-a`mal bi al-niy yat.” (HR Muslim dari Umar ibn Al-Khathab).

Sebagian ulama memahami niat (motivasi kerja) sebagai syarat sahnya perbuatan. Sebagian lagi memahami sebagai syarat kesempurnaan. Ada lagi yang memahami sebagai pencipta (penggerak) perbuatan (al-mujid li al-`amal). Menurut pendapat yang ketiga ini, tidak dapat dibayangkan timbul atau lahir suatu tindakan tanpa niat karena ia pencetusnya. Di sinilah pentingnya niat (motivasi).

Kempat, tarhib adalah langkah awal menuju dan meraih prestasi, yaitu takwa. La`allakum tattaqun (QS Al-Baqarah [2]: 183). Penting dicatat, perintah puasa dalam ayat ini diawali dengan seruan indah, “Hai orang-orang yang beriman.” Dalam tafsir ayat al-shaum, Syekh Sayyid Thanthawi, mantan Syekh Al-Azhar, memandang ser an (nida’) ini memiliki makna penting bagi tercapainya prestasi puncak bernama takwa.

Seruan ini, dalam pandangan Thanthawi, dimaksudkan untuk menggerakkan dan menggelorakan semangat iman dalam hati kaum beriman (li tahrik hararat al-iman fi qulub al-mu`minin). Juga dimaksudkan untuk mengingatkan mereka bahwa watak dan karakter dari kaum beriman adalah “mendengar dan patuh” ( al-sam`u wa al-tha`ah). (QS Al-Ahzab [33]: 36).

Watak lain dari kaum beriman adalah jujur dan bersungguh-sungguh (al-shidq). Kesungguhan ini, bagi Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij Al-Salikin, meliputi tiga aspek sekaligus, yaitu kesungguhan dalam niat seperti dikemukakan (al-shidq fi al-niyyah), kesungguhan dalam kata-kata (al-shidq al-qaul), dan kesungguhan dalam tindakan (al-shidq fi al-`amal). Semoga puasa kita pada tahun ini menjadi lebih baik. Wallahua`lam.

Sudahkah Kita Bersiap Menyambut Ramadhan?


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abu Muhammad Ismal Halim

Di dekat rumah kami, ada kedai bubur ayam yang sangat laris. Walau tak terlalu besar, ramai orang datang sepanjang hari.

Uniknya, setiap Ramadhan kedai ini tidak pernah buka melayani pembeli. Tidak saja pada pagi dan siang hari saat orang-orang berpuasa, tetapi juga pada petang dan malam hari saat orang berbuka.

Pasti ada yang istimewa dengan sang pemilik kedai. Selama 11 bulan, ia tentu telah mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci, menyisihkan sebagian keuntungannya. Saat Ramadhan tiba, tanpa ragu ia menutup kedainya sebulan penuh hingga bisa lebih fokus beribadah pada bulan ‘emas’ ini.

Orang-orang seperti ini tidaklah banyak jumlahnya. Kebanyakan orang tidak peduli dengan datangnya Ramadhan, justru semakin sibuk dengan berbagai bisnis dan transaksi ekonomi, bahkan lebih sibuk lagi menjelang Idul Fitri. Bandingkan dengan fakta yang sering terjadi. Masjid semakin sepi jamaah pada malam-malam akhir Ramadhan.

Sebalik nya, mal-mal atau pusat perbelanjaan lain semakin ramai dikunjungi pembeli. Antrean tiket di loket-loket angkutan umum semakin panjang. Jalan-jalan antarkota antarprovinsi semakin dipadati ken daraan.

Tak banyak orang dan keluarga yang ‘cerdas’ menyikapi kedatangan tamu istimewa. Tak banyak pula yang tangkas menyiasati berbagai keadaan yang dapat mengganggu kesyahduan Ramadhan. Ada beragam cara, tetapi kata kuncinya sederhana, kepedulian ( awareness), didukung oleh perencanaan dan persiapan matang. (Lihat QS al-Hasyr [59]:18).

Memang tidak semua leluasa keadaannya. Masih ada saudara-saudara kita yang jangankan menabung untuk  memenuhi hajat hidup sehari-hari pun harus gali lubang tutup lubang. Ada pula saudara-saudara kita yang harus tetap be kerja, bahkan semakin sibuk melayani masyarakat pada bulan suci.

Kepada mereka tentu Allah SWT tidak akan memberikan beban melebihi kemampuannya (QS al-Baqarah [2]:286).

Apa pun, kita pasti akan mendapatkan keuntungan dari bu lan Ramadhan, selama masih ada kepedulian ( awareness) atas satu-satunya bulan yang tersurat di dalam Alquran ini. Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan kepada kita akan datangnya bulan Ramadhan mulia. Dua bulan sebelum nya, sejak bulan Rajab, beliau telah mengajarkan sebuah doa yang indah, “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Dan, sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”

Pada bulan Sya’ban, Rasul SAW pun semakin meningkat kan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Beliau SAW, misalnya, tidak pernah melakukan puasa sunah sebanyak yang dilakukan di bulan Sya’ban. Para ulama pewaris nabi pun sangat teliti mengondisikan diri.

Mendekati bulan suci, mereka lebih menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat, menyambung dan memperbaiki silaturahim, serta terus membekali diri dengan ilmu-ilmu yang diperlukan. Adalah Rasulullah SAW, yang dengan ceria dan penuh semangat, senantiasa memberi kabar gembira atas kedatangan bulan Rama dhan.

Sudahkah kita bersiap menyambutnya?

Mempertanyakan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (5-habis)


REPUBLIKA.CO.ID, Sejarawan dari Universitas Indonesia, Anhar Gonggong, dan Susanto Zuhdi, guru besar ilmu sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dari UI, mengakui bahwa selama ini memang ada perdebatan soal sejarah masuknya Islam di Indonesia.

Menurut keduanya, perbedaan itu terjadi karena cara melihat awal mula dan gerakan Islam di Indonesia.

Sementara itu, Buya Hamka dalam sebuah seminar di tahun 1961 pernah mengungkapkan bahwa sesungguhnya awal Islam masuk ke Indonesia itu pada abad ke-7 M yang dibawa oleh orang-orang dari Makkah (Arab). Sedangkan perkembangan politik Islam semakin kuat pada abad ke-13 dan ke-14.

Selain perdebatan mengenai sejarah masuknya Islam tersebut, perbincangan lainnya adalah wilayah (daerah) yang pertama kali menerima Islam. Beberapa pengamat sepakat menyebut wilayah Sumatera sebagai daerah pertama masuknya Islam.

Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan Islam pertama yang dikenal dalam sejarah. Namun, ada pendapat lain dari Prof Ali Hasjmy dalam makalahnya pada “Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar pada 1978. Menurut Ali Hasjmy, kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Perlak.

Dari wilayah Sumatera inilah, Islam kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, terutama pula Jawa. Prof Hamka dalam Sejarah Umat Islam, mengungkapkan, pada tahun 674 sampai 675 Masehi duta dari orang-orang Ta Shih (Arab) untuk Cina yang tak lain adalah sahabat Rasulullah sendiri, yakni Muawiyah bin Abu Sofyan.

Diam-diam, Muawiyah meneruskan perjalanan hingga ke Pulau Jawa. Muawiyah yang juga pendiri Daulah Umayyah ini menyamar sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini mendatangi Kerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Berdasarkan kondisi ini, Islam merambah tanah Jawa, juga pada abad awal Hijriah.

Pernyataan Buya Hamka, Alwi Shihab, Crawfurd, Niemann, de Holander, dan Fazlur Rahman, tampaknya kini semakin kuat dengan adanya temuan arkeologi atau harta karun di peraian Cirebon ini.

Jika ini terbukti kebenarannya, tentunya akan ada revisi sejarah bangsa Indonesia, terutama dalam hal masuknya Islam ke Indonesia. Karena itu, diperlukan sebuah kepastian tentang hal ini oleh sejumlah instansi terkait untuk menguak dan membuktikan kebenaran sejarah masuknya Islam di Indonesia. Wallahua’lam.

Mempertanyakan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (4)



REPUBLIKA.CO.ID, Sedangkan versi kedua, menyebutkan bahwa Islam telah masuk ke Cirebon sejak abad ketujuh.

Hal itu, didasarkan pada adanya temuan benda-benda peninggalan sejarah, seperti misalnya makam Islam maupun tradisi Islam. “Tidak mungkin ada makam Islam kalau sebelumnya tidak ada orang Islam,” kata Abdullah.

Ia juga menyatakan, Islam telah ada di Indonesia sejak abad ketujuh. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Syekh Datuk Kahfi di Muara Jati. Ulama besar yang kemudian diberi gelar Syekh Nurjati itu merupakan guru Pangeran Cakrabuana maupun Nyi Mas Rarasantang.

Kedua kakak beradik itu sebelumnya telah memeluk agama Islam seperti ibu kandung mereka, Nyi Subang Larang. “Jadi, sebelum Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Kerajaan Cirebon pada abad ke-13, Islam telah lebih dulu ada di Cirebon,” tegas Abdullah.

Bukti lain keberadaan Islam di Cirebon sebelum kedatangan Sunan Gunung Jati adalah tradisi pesantren yang dikembangkan Syekh Nurjati. Kala itu, Syekh Nurjati mengembangkan model pendidikan seperti halnya di pesantren kepada murid-muridnya.

Abdullah menambahkan, temuan harta karuan yang diangkat dari perairan Cirebon yang jumlahnya mencapai 200 ribu barang itu, dan diperkirakan tenggelam pada 920-960 M, merupakan salah satu bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia, jauh sebelum abad ke-13.

Apalagi, pada barang-barang yang ditemukan itu, terdapat sejumlah artefak yang menunjukkan simbol Islam. Misalnya, artefak yang terdapat cetakan teks Arab. Dalam pengamatan, Horst Hubertus Liebner, arkeolog asal Jerman yang ikut melakukan penelitian terhadap barang temuan itu, terdapat cetak berteks Arab yang berbunyi Al-Malik Allah, Al-Wahid, dan Al-Halala.

Dengan contoh ini, jelas bahwa hal itu menunjukkan agama Islam sudah berkembang di Indonesia pada abad ke-10, dan masuknya jauh sebelum itu. Tulisan itu menunjukkan adanya tarikat yang sangat spesifik, kata Horst, sebagaimana dilaporkan Majalah Gatra, edisi 6 Mei 2010.

Kurt Tauchmann, profesor emeritus dari Departemen Antropologi Universitas Cologne, Jerman, juga menemukan barang yang memiliki cetakan atau teks Alquran surah XII-XVI (Surah Yusuf-An-Nahl) dalam bentuk khat Naskhi (sebagaimana mushaf Usmani saat ini). Tauchmann mengatakan, teks itu menggunakan debu emas sebagai bahan untuk mencetak tulisan.

“Itu semua menunjukkan bukti sejarah bahwa Islam masuk paling awal di wilayah Indonesia,” ungkap Tauchman saat proses pengangkatan BKMT (benda muatan kapal tenggelam) di Perairan Cirebon, beberapa waktu lalu.

Mempertanyakan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (3)



REPUBLIKA.CO.ID, Tentang kapan persisnya Islam masuk ke Indonesia, sebagian besar orientalis berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan ke-13 M.

Pendapat itu didasarkan pada dua asumsi. Pertama, bersamaan dengan jatuhnya Baghdad pada 656 M di tangan penguasa Mongol yang sebagian besar ulamanya melarikan diri hingga ke kepulauan Nusantara. Kedua, ditemukannya beberapa karya sufi pada abad ke-13 M.

Menurut Alwi Shihab, asumsi kedua tak bisa diterima. Bagi dia, justru Islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijriah. Yakni, pada masa pedagang-pedagang sufi-Muslim Arab memasuki Cina lewat jalur laut bagian barat.

Kesimpulan itu didasarkan Alwi pada manuskrip Cina pada periode Dinasti Tang. Manuskrip Cina itu mensyaratkan adanya permukiman sufi-Arab di Cina, yang penduduknya diizinkan oleh kaisar untuk sepenuhnya menikmati kebebasan beragama.

Cina yang dimaksudkan dalam manuskrip pada abad pertama Hijriah itu tiada lain adalah gugusan pulau-pulau di Timur Jauh, termasuk Kepulauan Indonesia.

Dari manuskrip Cina itu pula, terdapat informasi mengenai jalur penyebaran Islam di Indonesia. Disebutkan, masuknya Islam bukanlah dari tiga jalur emas (Arab, India, dan Persia) sebagaimana tertulis dalam buku-buku sejarah selama ini, melainkan langsung dari Arab yang dibawa oleh para pedagang Arab.

Artefak Cirebon

Pendapat serupa juga dikemukakan guru besar Ilmu Sosiologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Abdullah Ali. Abdullah Ali menyebutkan, ada dua versi mengenai masa masuknya Islam ke Cirebon. Versi pertama menyebutkan Islam masuk ke Cirebon pada abad ke-13. Sedangkan versi kedua, Islam sebenarnya telah masuk ke Cirebon sejak abad ke-13.

Versi pertama, didasarkan pada sejarah berdirinya Kerajaan/Kesultanan Cirebon oleh Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, pada 1450 Masehi.

Sebelumnya, Kerajaan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Walangsungsang atau yang bergelar Pangeran Cakrabuana. Dia adalah putra Prabu Siliwangi, yang memerintah di Kerajaan Pajajaran. Karenanya, di masa pemerintahan Pangeran Cakrabuana, Kerajaan Cirebon masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu.

Pangeran Cakrabuana memiliki seorang putri yang bernama Nyi Mas Pakungwati. Pangeran Cakrabuana kemudian menikahkan putrinya itu dengan Sunan Gunung Jati, yang tak lain adalah putra dari adik kandungnya yang bernama Nyi Mas Rarasantang.

Karenanya, setelah Pangeran Cakrabuana wafat, Kerajaan Cirebon pun dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Saat itulah, Sang Sunan memproklamasikan diri terlepas dari Kerajaan Pajajaran yang diperintah oleh kakeknya pada 1450 Masehi. Peristiwa merdekanya Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran itulah yang kemudian dijadikan pertanda masuknya Islam ke Cirebon.

Mempertanyakan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (2)


REPUBLIKA.CO.ID, Sedangkan teori ketiga, yakni teori Makkah, menyebutkan, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi.

Teori ini menyatakan, agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Arab (Timur Tengah).

Teori ketiga (Makkah) dipegang oleh Crawfurd, Niemann, de Holander, Buya Hamka, dan Alwi Shihab. Bahkan, Fazlur Rahman juga mengikuti mazhab ini (Rahman: 1968).

Ahmad Mansur Suryanegara juga mendukung teori ini. Menurut Alwi Shihab, Islam datang ke Indonesia jauh sebelum datangnya para pedagang Gujarat. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 M, masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.

Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad ke-12 atau 13, melainkan pada abad ke-7.

Artinya, menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad Hijriah, bahkan pada masa Khulafaur Rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai Amirul Mukminin.

Bahkan, beberapa literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.

Pendapat ini juga dibenarkan Alwi Shihab. Menurut mantan Menteri Luar Negeri di era pemerintahan Gus Dur ini, Islam masuk ke Indonesia adalah pada permulaan tahun Hijriah.

Pernyataan ini ditegaskan Alwi dalam disertasinya yang berjudul “Al-Tashawwuf Al-Islami wa Atsaruhu fi Al-Tashawwuf Al-Indunisi Al-Mu'ashir” (Tasawuf Islam dan Jejaknya di Indonesia Saat ini).

Melalui pendekatan analisis historis komparatif, Alwi membantah sekaligus merevisi berbagai penelitian orientalis yang selama ini sudah dianggap sebagai 'kebenaran tanpa cela', sebagimana pendapat Marcopollo, AH Jhons, Winsendt, dan Snouck Hurgronje.

Mempertanyakan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (1)


REPUBLIKA.CO.ID, Sejak di bangku sekolah dasar, setiap anak Indonesia terutama yang Muslim diperkenalkan tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Kepada mereka, disampaikan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 yang dibawa oleh para pedagang Gujarat (India).
Dan, adapun wilayah yang pertama kali didatangi oleh pedagang Gujarat itu adalah Samudera Pasai, Aceh. Selama bertahun-tahun, kondisi serupa masih disampaikan hingga kini. Seolah, itulah yang benar.
Karena itu, hingga hari ini, pelajaran sejarah tentang masuknya Islam ke Indonesia, disebutkan datang pada abad ke-13 M. Pendapat ini dianggap yang paling valid, atau mendekati kebenaran. Benarkah demikian?

Tiga versiSejauh ini, sejarah masuknya Islam ke Indonesia berkembang dalam berbagai versi. Setidaknya, ada tiga teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Yakni, teori Gujarat (India), teori Persia, dan Makkah.

Menurut teori pertama (Gujarat), Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang Gujarat (India) yang beragama Islam pada sekitar abad ke-13 M.
Teori kedua (Persia) berkeyakinan, masuknya Islam ke Indonesia melalui peran pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah di Gujarat sebelum ke Nusantara sekitar abad ke-13 M.
Teori ketiga (Makkah), menyebutkan, Islam tiba di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang Muslim yang berasal dari Timur Tengah sekitar abad ke-7 M.

Teori pertama (Gujarat) diusung oleh Pijnapel yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh Snouck Hurgronje, Fatimi, Vlekke, Gonda, dan Schrieke (Drewes: 1985; Azra: 1999).
Hurgronje, seorang misionaris, mengatakan, Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut teori ini, pedagang dari Gujarat yang berperan besar menyebarkan Islam ke Nusantara.

Disebutkan oleh Ahmad Mansur Suryanegara, dalam bukunya, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, teori Gujarat ini masuk ke Indonesia dapat dilihat dari kesamaan ajaran dengan mistik yang ada di India.

Sementara itu, teori kedua (Persia), menyatakan, Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan, wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai. Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia.

Misalnya, peringatan Hari Asyura (10 Muharam), kesamaan Al-Hallaj dengan Syekh Siti Jenar, penggunaan istilah Iran (Persia), nisan Malikus Saleh (1297), dan pengakuan umat Islam terhadap Mazhab Syafi’i. Teori ini dipegang oleh PA Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said, JC van Leur, M Dahlan Mansur, dan Haji Abubakar Atjeh.

Jumat, 06 Juli 2012

Soal Pilihan Ganda Tak Bisa Ukur Kualitas Guru

JAKARTA - Ujian pemetaan guru yang menggunakan bentuk soal pilihan ganda untuk mengukur kompetensi pedagogik dinilai tidak tepat. Seharusnya, untuk mengetahui kualitas guru mengajar, Pemerintah harus menerjunkan tim penilai yang harus masuk ke kelas guru yang bersangkutan dan menyaksikan langsung proses pembelajarannya di kelas.

"Mekanisme ini sesungguhnya sudah ada, karena merupakan tupoksi dari kepala sekolah, yakni tugas supervisi. Namun, jarang kepala sekolah yang melaksanakan fungsi ini. Seharusnya Kemdikbud melakukan pembinaan dan kontrol atas kinerja para kepala sekolah," ungkap Presidium Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Guntur Ismail di  kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Jumat (6/7).

Disebutkan, ada empat kompetensi guru yang harus diukur oleh pemerintah. Yakni, kompetensi pengetahuan, pedagogik, sosial dan kepribadian. Namun, ujian pemetaan hanya akan mengukur dua kompetensi saja, yaitu pengetahuan dan pedagogik.

"Ketika pemetaan kualitas guru dilakukan hanya dengan mengukur dua kompetensi itu, artinya hanya mengukur 50 persen dari indikator yang harus diukur, kemudian ingin menyimpulkan kualitas guru. Ini jelas sebuah pelanggaran dan ketidakadilan bagi guru," tukasnya.

Oleh karena itu, lanjut Guntur, FSGI menilai bahwa ujian pemetaan ini hanya sekadar proyek, dimana anggaran Kemdikbud yang cukup banyak namun tidak memiliki program yang jelas untuk peningkatan kualitas pendidikan termasuk peningkatan kualitas guru, kepala sekolah dan pengawas. "Ujian dengan cara ini tidak adil dan tidak mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan," ujarnya.

Meskipun begitu, Guntur tidak menampik bahwa saat ini masih banyak guru yang tidak berkualitas kinerjanya. Akan tetapi,  seharusnya pemerintah melakukan evaluasi terhadap universitas-universitas ataupun lembaga pendidikan yang mencetak  guru. "Jangan menyalahkan produknya, tapi yang harus disalahkan itu pabriknya yang bertanggung jawab atas proses produksinya. Selama ini kesalahan selalu ditimpakan pada guru sebagai produk, tapi pabriknya didiamkan saja dan bisa tenang-tenang saja," tuturnya. (cha/jpnn)

Ujian Pemetaan, Guru Dijadikan Kelinci Percobaan

JAKARTA - Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menggelar ujian pemetaan bagi para guru ditolak Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Sebab, ujian pemetaan ini dianggap melanggar hukum

Sekretaris Jenderal FSGI, Retno Listyarti mengatakan pihaknya kini mempersiapkan gugatan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) jika Kemdikbud merealisasikan ujia pemetaan guru ini.  "Niat baik Kemdikbud untuk melakukan pengujian pemetaan ini tanpa dasar. Ini merupakan bentuk pelanggaran hukum, walau ujian tersebut tidak berpengaruh terhadap hak untuk mendapatkan tunjangan profesi uang akan diterima oleh guru. " kata Retnodi kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Jumat (6/7).

Retno mengatakan bahwa pemerintah terkesan tidak serius dan kurang persiapan dalam mengurus pendidikan. Kata dia, hal ini tercermin dari perbedaan pendapat antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, dengan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP) Kemdikbud, Syawal Gultom.

"Awalnya Mendikbud mengatakan ujian pemetaan untuk guru bersertifikasi, dan berpengaruh pada pencabutan tunjangan profesi. Kemudian, Kepala BPSDMP-PMP mengatakan ujian ini bukan ujian ulang tapi untuk pemetaan dan berlaku untuk semua guru. Ini ketahuan sekali tak ada persiapan dan asal-asalan. Pikiran dasarnya memang untuk menindas guru," tandasnya.

Dengan begitu, lanjut Retno, sudah jelas bahwa guru dijadikan kelinci percobaan dan dipermainkan. Hanya sesaat menikmati tunjangan profesi, bahkan tunjangan pun juga sering sekali tersendat. "Maka itu, dari awal FSGI dan seluruh jaringan organisasi guru kami di 14 daerah tetap menolak kebijakan ini. Selain itu, kami tetap mencoba membawa masalah ini ke PTUN," jelas Retno. (cha/jpnn)

PGRI Dukung Ujian untuk Pemetaan Guru

JAKARTA - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) akan mendukung penuh terhadap rencana pemerintah untuk menggelar ujian bagi para guru yang bersertifikat, yang tujuannya untuk pemetaan guru. Ketua Pengurus Besar PGRI, Sulistyo mengatakan, melalui ujian tersebut juga sekaligus dapat untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru.

“Melalui  penilaian kinerja dan uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensi.  Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru,” ungkap Sulistyo di Jakarta, Senin (2/7).

Dengan adanya hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi ini, lanjut Sulistyo, bisa dijadikan basis utama untuk menyusun program peningkatan kompetensi guru. ”Tinggi atau rendahnya kinerja guru dapat diketahui melalui penilaian kinerja guru,” ujarnya.

Dijelaskan, penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien.Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenpan-RB Nomor 16 Tahun 2009.

“Penilaian kinerja ini bermanfaat bagi untuk mengetahui kondisi guru yang sebenarnya. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan yang guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling,” paparnya.

Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, terang Sulistyo, penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

“Maka itu, dalam waktu dekat PGRI juga akan merekomendasikan solusi yang cermat mengenai sisi positif atau negatif implementasi Permen PAN-RB Nomor  16 Tahun 2009, khususnya berkaitan dengan akses guru untuk naik jenjang jabatan fungsional/pangkat, kesulitan teknis evaluasi kinerja, serta dampak lainnya,” tuturnya. (cha/jpnn)